Ini Penyebab Ekowisata di Riau Belum Menjadi Tren | Info Wisata Riau

Mohd Purwadi
2 min readSep 7, 2021
https://www.infobisnisdanwisata.my.id/2021/07/melihat-keunikan-festival-pacu-jalur.html

Pangsa pasar ekowisata saat ini masih didominasi wisatawan mancanegara. Sebagai contoh, Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah dikunjungi 7000 wisman per tahun.

“Hal ini justru berbanding terbalik dengan wisatawan lokal yang tidak sampai pada angka 1000,’’ kata dosen Program Studi Pariwisata, FISIP, Universitas Riau, Ahmad Nawawi kepada infobisnisdanwisata.my.id.

Nawawi menyebut, orang yang memilih kegiatan ekowisata cenderung termasuk dalam special interest tourism atau wisata minat khusus. Artinya perjalanan yang dilakukan untuk menemukan hal-hal baru.

“Namun, untuk di Indonesia sendiri, hal tersebut (wisata minat khusus) belum membudaya. Karena dalam melakukan kegiatan wisata orang Indonesia masih bersifat modern (mass tourism). Seperti mengunjungi tempat perbelanjaan modern (mall), hiburan dan sebagainya,’’ katanya.

Di sisi lain, masih kurangnya pemahaman terhadap ekowisata juga menjadi permasalahan tersendiri. Misalnya, setiap wisata yang bernuansa alam disebut sebagai ekowisata.

Padahal menurut Nawawi, ekowisata merupakan satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam dan aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal.

“Ekowisata itu tidak boleh direkayasa. Kalau bersifat alami dan konservasi itu baru bisa dikatakan ekowisata,” tegasnya.

Dia menekankan, dalam pengembangan dunia pariwisata perlu adanya pendekatan yang berbeda di setiap daerah.

“Faktor geografis, adat-istiadat masyarakat setempat, dan faktor sosial lainnya juga harus diperhatikan,’’ sebutnya.

Dia berkesimpulan, suatu saat ekowisata di Riau akan menjanjikan, andai pendidikan masyarakat terus meningkat.

‘’Orang berpendidikan tinggi akan membutuhkan yang namanya wisata alam (ekowisata),” tutupnya.

Publish: Info Wisata Riau

--

--